PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KOGNITIF
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh
persepsi seseorang dalam memahami situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajar. Salah satu teori yang penting yaitu menggunakan teori belajar
kognitif.Teori belajar kognitif merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
dapat diukur sehingga keterlibatan peserta didik yang aktif sangat dipentingkan
dalam proses belajar.
Dengan mengamati keaktifan peserta didik ,
pendidik sebagai pengelola proses belajar dapat mengetahui kemampuan yang
dimiliki peserta didik dalam proses berpikirnya. Anak usia dini akan belajar
dengan baik, jika menggunakan benda – benda kongkrit untuk menarik minat dan
meningkatkan retensi belajar. Pada akhirnya, belajar memahami akan lebih
bermakna daripada belajar menghafal. Agar lebih bermakna, informasi yang masih
baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki peserta
didik sebelumnya.
Mengingat pentingnya tujuan belajar dalam
suatu proses pembelajaran, maka pendidik harus mampu memilih dan menentukan
teori yang tepat untuk untuk diterapkan dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Teori yang dipilih harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta
didik dalam berpikir dan pengembangan kreatifitas. Teori kognitif dirancang
agar dapat mengimbangkan daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda
usia.
Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean
Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan
banyak konsep utama dalam lapangan psikolog perkembangan dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan
untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis
dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas
munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat
seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti
teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan.
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap
orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan
pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini
proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi
secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya
terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut
antara lain:
- Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
- Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
- Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan
benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi
dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru
menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa
untuk mencapai keberhasilan siswa.
Diantara para pakar kognitif terdapat 3 pakar terkenal yaitu
Piaget, Bruner dan Ausubel. Ketiga tokoh aliran kognitif diatas secara umum
memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam belajar.
Menurut piaget kegiatan belajar terjadi sesuai
dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui
proses asimililasi, akomodasi dan equilibrasi.
Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh
cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur.
Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
Sementara itu ausubel mengatakan bahwa
proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses ini akan terjadi melaluui
tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Dari pemahaman diatas maka langkah-langkah
pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh berbeda. Secara garis
besar langkah-langkah pembelajaran yang dimaksud adalah dalam kegiatan
pembelajaran, dan keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk
menarik minat dan meningkatkan pretense belajar perlu mengkaitkan pengetahuan
baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
No comments:
Post a Comment